Beternak Ikan Lele

Oktober 26, 2017

Nama Ilmiah dan Pengertian Ikan Lele

Nama ilmiah ikan lele adalah Clarias, nama ini berasal dari bahasa Yunani chlaros, yang artinya ‘lincah’, ‘kuat’, sesuai dengan kemampuannya untuk bisa tetap hidup dan bergerak baik di dalam maupun di luar air. src:wikipedia

Ikan lele adalah jenis ikan yang hidup di air tawar. Lele mudah dikenali karena tubuhnya yang licin, tubuhnya pipih memanjang, serta memiliki "kumis" yang cukup panjang, yang mencuat dari sekitar mulutnya.

Wajar saja ikan lele memiliki tubuh yang licin karena ikan-ikan marga Clarias dikenali dari tubuhnya yang licin memanjang tak bersisik, dengan sirip punggung dan sirip anus yang juga panjang, yang kadang-kadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak seperti sidat yang pendek. 

Kepala ikan lele keras menulang di bagian atas, dengan mata yang kecil dan mulut lebar yang terletak di ujung moncong, dilengkapi dengan empat pasang sungut peraba (barbels) yang amat berguna untuk bergerak di air yang gelap. 

Ikan lele juga memiliki alat pernapasan tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya. Ada yang mengatakan,bahwa patil ini tidak hanya tajam tetapi juga beracun dan mengakibatkan panas tinggi jika orang tak sengaja terkena patil tersebut.
Beternak Ikan Lele


Morfologi Ikan Lele 

Secara umum, ikan lele mempunyai morfologi atau bentuk tubuh yang bulat dan memanjang.
  • Kulitnya licin, berlendir, namun tidak bersisik.
  • Tubuhnya memiliki warna yang berbeda untuk setiap jenis lele. Tiap-tiap lele mempunyai warna khas yang membalut tubuhnya.
  • Ikan lele memiliki ukuran mulut yang relatif lebar dan hampir membelah setengah dari lebar kepalanya.
  • Memiliki kumis yang terletak di area sekitar mulutnya. Kumis ini pula yang menyebabkan ikan lele sering disebut catfish. Kumis ini memiliki fungsi sebagai alat untuk meraba pada saat mencari makan atau bergerak biasa.
  • Sebagai alat bantu untuk berenang, ikan lele juga mempunyai 3 buah sirip tunggal, yaitu sirip dubur, sirip ekor, dan sirip punggung.
  • Ikan lele juga mempuyai dua buah sirip yang berpasangan, yaitu sirip perut dan sirip dada. Disamping digunakan sebagai alat bantu berenang, sirip juga memiliki fungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh ikan lele saat diam atau tidak bergerak.
  • Pada bagian sirip dada terdapat sirip yang runcing dan keras yang disebut patil yang digunakan sebagai senjata.
  • Disamping itu, patil juga bermanfaat sebagai alat untuk berjalan di darat tanpa air dalam rentang waktu yang lama dan dengan jarak tempuh yang cukup jauh.

Klasifikasi Ikan Lele Di Indonesia

Setidaknya ada 5 jenis ikan lele yang populer di kalangan petani untuk dibudidayakan.

1. Ikan Lele Lokal

Jenis ikan lele merupakan yang paling banyak dikenal di masyarakat. Sebelum muncul jenis lele lain seperti lele dumbo, para petani biasa membudidayakan lele jenis ini. Namun kini sudah sangat jarang yang beternak lele lokal karena dianggap kurang menguntungkan.

Tingkat Food Convertion Ratio (FCR) ikan lele lokal sangat tinggi namun tingkat pertumbuhannya sangat lambat. Jelas ini sangat merugikan para pembudidaya. Bayangkan saja, lele lokal yang berumur satu tahun masih kalah besar dengan ikan lele dumbo yang berumur dua bulan!

Lele Lokal

Lele lokal yang ada di Indonesia terbagi lagi menjadi 3 jenis, yaitu lele hitam, lele putih, lele merah.
Lele merah dan putih biasanya dipelihara untuk dijadikan ikan hias. Sedangkan jenis lele hitam biasanya dibudidayakan untuk dimakan.

Ikan lele lokal mempunyai senjata berupa patil yang mengandung racun berbahaya. Racun ini bisa membunuh mangsanya dan membuat bengkak jika pada manusia.

2. Ikan Lele Dumbo

Lele dumbo bukanlah jenis lele asli Indonesia. Ikan lele ini pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1985 dari Taiwan. Dan langsung menjadi favorit bagi para pembudidaya karena pertumbuhannya yang cepat dan berbadan bongsor.

Habiat asli lele dumbo berasal dari perairan Kenya, Afrika. Namun ada beberapa sumber yang mengatakan lele dumbo adalah hasil persilangan dari ikan lele asal Taiwan Clarias Fuscus dengan lele asal Afrika Clarius Mosambicus.

Ciri-ciri fisik ikan lele dumbo bisa dilihat dari warna kulitnya yang berwarna hitam kehijauan. Patil pada lele dumbo lebih ramah bila dibandingkan dengan lele lokal. Saat stress, kulit lele dumbo akan berubah menjadi bercak-bercak hitam / putih, namun akan kembali seperti semula jika stressnya sudah hilang.

Ikan lele dumbo sangat cocok dibudidayakan di koalm tanah karena tidak mempunyai kebiasaan membuat lubang. Walaupun ikan lele dumbo memiliki tubuh yang besar dibanding lele lokal, soal rasa daging lele dumbo masih kalah dengan lele lokal.

3. Ikan Lele Sangkuriang

Ikan lele sangkuriang dilepas secara resmi oleh Departemen Kelautan dan Perikanan pada tahun 2004. Lele sangkuriang lahir karena adanya kekhawatiran para petani akan menurunnya kualitas lele dumbo. Penurunan ini disebabkan oleh kesalahan dalam menghasilkan bibit secara terus menerus.

Hingga akhirnya Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPAT) Sukabumi pada tahun 2002 mengupayakan untuk mengembalikan sifat-sifat unggulnya dengan cara persilangan balik.

Nama sangkuriang diambil dari kisah rakyat Jawa Barat tentang seorang anak bernama Sangkuriang yang menikahi ibu kandungnya sendiri. Hal ini juga yang dilakukan oleh BBPAT untuk menghasilkan ikan lele sangkuriang.

BBPAT mengawinkan indukan betina lele dumbo generasi ke dua/F2 dengan lele dumbo jantan F6. Indukan jantan ini merupakan anak dari lele betian F2.

Dari hasil perkawinan ini, BBPAT menemukan sifat-sifat unggul seperti kemampuan menghasilkan 40.000-60.000 butir telur per sekali pemijahan.

Sangat jauh sekali bila dibandingkan dengan kemampuan ikan lele lokal yang hanya mamou bertelur 1.000-4000 butir. Kelebihan lain, lele sangkuriang lebih tahan terhadap penyakit, bisa dipelihara di air minum dan rasa daging yang lebih baik.

Kelemahannya adalah induk lele sangkuriang tidak bisa di benihkan lagi. Jika dibenihkan maka kulitasnya akan turun. Jadi peternak harus melakukan persilangan balik untuk mendapatkan benih yang baru.

4. Ikan Lele Phyton

Tidak seperti jenis lele lainnya yang ditemukan dari hasil penelitian, ikan lele phyton malah ditemukan oleh para peternak lele dari Pandeglang, Banten pada tahun 2004.

Ikan ini merupakan hasil persilangan dari induk lele bekas Thailand F2 dengan induk lele lokal. Namun tidak diketahui jenis dari indukannya dan dari generasi berapa indukan lele lokalnya.

Namun ada beberpa sumber yang mengatakan bahwa lele phyton berasal dari induk betina eks Thailand F2 dengan induk jantan dumbo F6.

Ikan lele phyton mempunyai keunggulan diantaranya tingat kelangsungan hidup lebih dari 90%, kuat terhadap cuaca dingin dan Food Convertion Ratio (FCR) mencapai 1% yang artinya 1 kg pakan bisa menghasilkan 1 kg daging yang dihitung mulai dari benih ditebar sampai panen dimana siklusnya pemeliharaan 50 hari.

Penemuan varietes lele phyton awalnya didasari oleh peternak Desa Banyumundu, Kabupaten Pandeglang yang selalu mengalami kerugian ketika membeli benih lele yang sudah ada di pasaran, misalnya lele dumbo.

Benih tersebut ternyata tidak cocok dengan kondisi iklim Desa Banyuundu yang dingin. Dengan melakukan trial and error, mereka akhirnya menemukan varietes lele yang pas untuk diternak di Desa mereka.

Ikan lele phyton memiliki bentuk kepala mirip dengan ular phyton. Gerakannya lincah dan rasa dagingnya gurih.

5. Ikan Lele Mutiara

Penurunan kualitas benih ikan lele yang umum (lele dumbo), membuat beberapa pihak melakukan kegiatan penyilangan benih untuk mendapatkan varietes lele yang unggul.


Salah satunya adalah Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi yang dipimpin oleh Bambang Iswanto. Penelitian dilakukan pada tahun 2010 hingga 2014. Selama 4 tahun, mereka akhirnya berhasil melahirkan varietes unggul ikan lele yang diberi nama Mutiara. Merupakan akronim dari MUtu tinggi TIAda taRa.

Lele Jawa

Lele jawa atau lele kampung (Clarias batrachus) adalah sejenis ikan lele anggota suku Clariidae. Pada masa lalu, spesies ini dianggap menyebar luas mulai dari anak-benua India, Asia Tenggara, Indonesia, dan Filipina, namun belakangan ini hanya takson yang menyebar terbatas di Jawa yang dianggap sebagai C. batrachus[3]. Taksa-taksa yang lain dianggap masuk ke dalam tiga spesies lain atau lebih.

Budidaya Ikan Lele Di Kolam Terpal

Kolam terpal merupakan kolam ikan yang dibuat menggunakan bahan terpal. Dimana terpal akan menjadi alas kolam sekaligus dinding kolam. Penggunaan bahan terpal bentuknya bisa dimodifikasi sedemikian rupa sesuai keinginan Anda. Pembuatan kolam terpal bisa menghemat biaya dan tidak bersifat permanen.

Kelebihan Kolam Terpal Dalam Budidaya Ikan Lele

Menekan serangan hama dan penyakit

Serangan hama dan penyakit pada kolam ikan adalah sesuatu hal yang sering terjadi. Namun pada budidaya lele kolam terpal Anda bisa menekan serangan hama dan penyakit yang sering terjadi tersebut. Hal ini terjadi karena tingkat kelembaban alas dan dinding kolam dari bahan terpal berbeda dengan kolam permanen ataupun kolam tanah. 

Biasanya hama berkembangbiak di dinding atau mengendap di dasar kolam. Jika Anda melakukan ternak lele di kolam semen atau tanah hama mudah menempel dan berkembangbiak, sehingga menjadi penyakit bagi ikan lele Anda.

Persentase hidup relatif lama

Budidaya lele terpal dapat menjadikan presentase hidup ikan lebih lama. Hal ini didasari karena air yang tetap terkontrol sehingga terhidar dari serangan hama dan penyakit. Dengan budidaya lele kolam terpal ikan Anda akan lebih sehat. Survey tim lapangan pun membuktikan budidaya lele kolam terpal memiliki presentase hidup mencapai 95%.

Pekerjaan lebih mudah

Sistem budidaya lele kolam terpal ternyata bisa menjadi aktivitas sampingan tanpa mengganggu aktivitas utama Anda. Budidaya lele kolam terpal terbilang mudah. Penyebaran benih, perawatan serta panen sangat mudah tanpa tenaga yang berlebih. 

Budidaya lele kolam terpal juga sangat mudah untuk dibersihkan. Cukup menyedot endapan sisa makanan yang ada di dasar kolam. Pengontrolan secara berkalapun juga relatif mudah. Selain itu proses panennya sangat mudah karena endapan tanah dan lumpur sangat sedikit, sehingga kami menganjurkan kepada Anda peternak lele pemula untuk menggunakan kolam terpal dalam budidaya lele yang akan digeluti.

Berguna untuk daerah kurang air

Bagi Anda yang tinggal pada daerah jarang air tak perlu khawatir. Budidaya lele kolam terpal bisa menjadi solusi tepat bagi Anda. Terpal yang berbahan dasar plastik akan menampung air dengan maksimal tanpa terjadi resapan ke dalam tanah. Sehingga budidaya lele kolam terpal Anda tidak membutuhkan air yang banyak.

Kekurangan Dari Kolam Terpal Dalam Budidaya Ikan Lele

Air kolam cepat berbau 

Air yang tertampung secara terus menurus tanpa terkordinasi akan menghasilkan bau yang tidak sedap dan keruh/butek. Kekurangan budidaya lele kolam terpal ini adalah tidak mempunyai bakteri organik yang dapat merombak atau mengurai. 

Sehingga sisa pakan lele yang mengendap di dasar kolam lele terpal Anda akan mengendap serta mengalami pembusukan. Jika Anda menggunakan budidaya lele kolam terpal disarankan mengontrol dan meyedot sisa makanan sehingga mengurangi bau yang tidak sedap atau butek.

Cepat rusak dan bocor

Bahan terpal sebetulnya cepat mengalami kerusakan, karena bahan utamanya yang terbuat dari plastik. Air yang terus tertampung membuat terpal basah serta ditambah terik matahari maka terpal akan lebih mudah lapuk, atau rusak. 

Terkadang lahan yang permukaannya tidak bersih akan membuat terpal menjadi sobek seperti batuan tajam dan batang sisa gulma yang keras. Untuk menghindari hal tersebut, sebelum Anda budidaya lele kolam terpal setidaknya lahan yang akan digunakan sudah bersih dari benda tajam atau keras yang dapat membuat terpal bocor.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »